TUGAS
KE 5 KULIAH PEMETAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
NAMA
: AHMAD PARIANSYAH
NPM : E1I013019
PRODI
: ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BENGKULU
APA ITU KOORDINAT PETA,PROYEKSI,GARIS LINTANG DAN GARIS BUJUR ?
Sistem koordinat peta adalah sekumpulan aturan yang menentukan bagaimana koordinat-koordinat yang
bersangkutan merepresentasikan titik-titik atau obyek pada sebuah peta. Aturan ini biasanya
mendefinisikan titik asal (origin) beserta beberapa sumbu-sumbu koordinat untuk
mengukur jarak dan sudut untuk menghasilkan koordinat. Sistem koordinat peta yang terkenal di dunia ini
adalah sistem koordinat geografis dan sistem koordinat UTM (Universal Transvers Mercator).
Sistem
koordinat geografis atau sering disebut dengan sistem koordinat geodetis ini
dikembangkan oleh Greenwich (dari Inggris) yang membagi bumi menjadi dua bagian
irisan yaitu irisan melintang yang disebut dengan garis lintang mulai dari
katulistiwa (equator), membesar ke arah kutub (utara maupun selatan) sedangkan
yang lain membujur mulai dari garis Greenwich (dekat dengan Inggris) membesar
ka arah barat dan timur. Satuan skala koordinat dibagi dalam derajat lintang 0°
sampai 90° dan bujur 0° sampai 180°. Lintang berada di utara dan selatan
equator, sedangkan bujur memanjang dari timur ke barat dari bujur Greenwich.
Koordinat ini biasanya ditulis dalam satuan derajat, menit, dan detik, misalnya
110°35’32”, dan seterusnya. Koordinat geografi digunakan sebagai referensi peta
dengan tujuan yang luas, tetapi biasanya hanya untuk pemetaan skala kecil (1 :
1.000.000 atau lebih kecil) dengan liputan daerah yang sangat luas. Koordinat
ini banyak digunakan untuk terapan operasional di udara ataupun
perairan seperti ditunjukkan pada
semua chart (peta-peta navigasi).
Sistem
koordinat UTM (Universal Transvers Mercator) dengan sistem koordinat WGS 84
sering digunakan pada pemetaan wilayah Indonesia. UTM menggunakan silinder yang
membungkus ellipsoid dengan kedudukan
sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid
(sumbu perputaran bumi) sehingga garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yang berhimpit dengan garis
bujur pada ellipsoid. Pada system
proyeksi UTM didefinisikan posisi horizontal dua dimensi (x,y) menggunakan
proyeksi silinder, transversal, dan conform yang memotong bumi pada dua
meridian standar. Seluruh wilayah yang ada di permukaan bumi dibagi menjadi 60
zona bujur. Zona 1 dimulai dari lautan teduh (pertemuan antara garis 180 Bujur
Barat dan 180 Bujur Timur), menuju ke timur dan berakhir di tempat berawalnya
zona 1. Masing-masing zona bujur memiliki lebar 6 (derajat) atau sekitar 667
kilometer. Garis lintang UTM dibagi menjadi 20 zona lintang dengan panjang
masing-masing zona adalah 8 (derajat) atau sekitar 890 km. Zona lintang dimulai
dari 80 LS - 72 LS diberi nama zona C dan berakhir pada zona X yang terletak
pada koordinat 72 LU - 84 LU. Huruf (I) dan (O) tidak dipergunakan dalam
penamaan zona lintang. Dengan demikian penamaan setiap zona UTM adalah
koordinasi antara kode angka (garis bujur) dan kode huruf (garis lintang).
Sebagai contoh kabupaten Garut terletak pada zona 47M dan 48M, Kabupaten Jember
terletak di zona 49M. Sistem UTM ini diwujudkan dalam bentuk meter, sehingga
pada masing-masing zone dibagi ke dalam kotak 100.000 meter. Perhitungan
bujurnya dimulai dari meridian sentral yang terdapat pada tiap-tiap zone UTM
dan dihargai dengan 500.000 meter T (absis semu), sedangkan perhitungan
lintangnya (ordinat semu) dimulai dari equator yaitu 0.0 meter U di equator
untuk belahan bumi utara dan 10.000.000 meter U di equator
untuk belahan bumi selatan.
Penomoran lembar peta akan memberi
petunjuk tentang kedudukan atau posisi lembar peta dalam setiap seri. Penomoran
ini mempunyai bentuk yang seragam (uniform), dan penomoran ini juga
dihubungkan dengan sistem grid dan graticule. Bakosurtanal telah membakukan
sistem penomoran peta rupa bumi indonesia dimulai dengan peta seri 1:250.000,
1:100.000, 1:50.000 dan 1:25.000 dan sistem penomoran ini saling terkait antara
satu seri ke seri berikutnya.
Menurut PP nomor 10 Tahun 2000
disebutkan bahwa peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau
buatan manusia, yang berada di atas maupun di bawah permukaan bumi yang
digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu. Salah satu peta yang
dihasilkan oleh BAKOSURTANAL adalah Peta Rupabumi Indonesia (RBI). Peta RBI
yang dihasilkan oleh BAKOSURTANAL meliputi skala 1:1.000.000, 1:250.000,
1:100.000, 1:50.000, 1:25.000 dan 1:10.000 dimana seluruh wilayah Indonesia
dibagi ke dalam grid-grid ukuran peta yang sistematis. Semua lembar peta tepat
antara satu dengan lainnya, demikian pula ukurannya sama untuk setiap lembar.
Ukuran lembar peta tergantung dari skala peta yang dibuat.
Proyeksi peta adalah
teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan
permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar
dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan
sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di muka bumi dan di
peta. Proyeksi diartikan sebagai metoda/cara dalam usaha mendapatkan bentuk
ubahan dari dimensi tertentu menjadi bentuk dimensi yang sistematik.
Menurut bidang proyeksinya, proyeksi
peta dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu proyeksi azimuthal, proyeksi
kerucut, dan proyeksi silinder.
Proyeksi Azimuthal
Proyeksi azimuthal ialah proyeksi
yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi bentuk ini
terdiri atas tiga macam, yaitu sebagai berikut:
- Proyeksi gnomonik, yaitu proyeksi yang titik Y-nya terletak di pusat lingkaran.
- Proyeksi stereografik, yaitu proyeksi yang titik Y-nya berpotongan (berlawanan) dengan bidang proyeksi.
- Proyeksi orthografik, yaitu proyeksi yang titik Y- nya terletak jauh di luar lingkaran.
Proyeksi Kerucut
Proyeksi bentuk ini diperoleh dengan
jalan memproyeksikan globe pada bidang kerucut yang melingkupinya.
Puncak kerucut berada di atas kutub (utara) yang kemudian direntangkan.
Proyeksi dengan cara ini akan menghasilkan gambar yang baik (relatif sempurna)
untuk di daerah kutub utara dan di daerah kutub selatan.
Proyeksi Silinder
Proyeksi silinder diperoleh dengan
jalan memproyeksikan globe pada bidang tabung (silinder) yang diselubungkan,
kemudian direntangkan.
Proyeksi Universal Transverse
Mercator (UTM)
Proyeksi UTM adalah proyeksi peta
yang terkenal dan sering digunakan. UTM merupakan proyeksi silinder yang
mempunyai kedudukan transversal, serta sifat distorsinya conform. Bidang
silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian yang disebut meridian
standar dengan faktor skala 1. Lebar zone 6° dihitung dari 180° BT dengan nomor
zone 1 hingga ke 180° BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian
tengah sendiri. Perbesaran di meridian tengah = 0,9996. Batas paralel tepi atas
dan tepi bawah adalah 84° LU dan 80° LS.
Perbedaan proyeksi UTM dengan
proyeksi lainnya terletak pada koordinatnya. Proyeksi lain mengenal koordinat
negatif sedangkan proyeksi UTM tidak mengenal koordinat negatif. Dengan
dibuatnya koordinat semu, maka semua koordinat dalam sistem proyeksi UTM
mempunyai angka positif. Koordinat semu di (0,0) adalah +500.000 m dan + 0 m
untuk wilayah di sebelah utara ekuator atau +10.000.000 m untuk wilayah di
sebelah ekuator.
Keunggulan sistem UTM adalah Setiap
zone memiliki proyeksi simetris sebesar 6°
Rumus proyeksi UTM dapat digunakan untuk
transformasi zone di seluruh dunia.
GARIS
LINTANG DAN GARIS BUJUR
Garis Lintang
Dalam Geografi,
garis lintang adalah garis khayal yang digunakan untuk menentukan lokasi
di Bumi terhadap garis khatulistiwa (utara atau selatan). Posisi lintang
biasanya dinotasikan dengan simbol huruf Yunani φ. Posisi lintang merupakan penghitungan sudut dari 0° di
khatulistiwa sampai ke +90° di kutub utara dan -90° di kutub selatan. Ko-lintang
adalah tambahan dari lintang. Lintang di sebelah utara khatulistiwa diberi nama
Lintang Utara (LU), demikian pula lintang di sebelah selatan
khatulistiwa diberi nama Lintang Selatan (LS).
· Menurut para ilmuwan
pengertian Garis lintang adalah garis maya yang melingkari bumi ditarik dari
arah barat hingga ke timur atau sebaliknya , sejajar dengan equator (garis
khatulistiwa). Garis lintang terus melingkari bumi, dari equator hingga ke
bagian kutub utara dan kutub selatan bumi. khatulistiwa disebut sebagai
0º (nol derajat). Makin ke utara atau ke selatan, angka derajatnya makin besar
hingga pada angka 90º (Sembilan puluh derajat) pada ujung kutub utara atau kutub
selatan. Satuan derajat bisa juga disebut Jam sehingga setiap derajat terbagi
menjadi 60 menit (diberi symbol ‘) dan setiap menit terbagi lagi menjadi 60
detik (diberi symbol ”). Jika misalnya garis lintang suatu tempat tertulis
seperti ini : 57º 27′ 14”S, maka dibaca sebagai 57 derajat 27 menit 14 detik
Lintang Selatan. Pada system pemetaan internasional huruf U sebagai Lintang
Utara diganti dengan huruf N (North). Sedangkan Lintang Selatan tetap
menggunakan huruf S karena Selatan dalam bahasa Inggris (South).
Garis Lintang menandakan perbedaan zona iklim di bumi. Daerah diantara garis Khatulistiwa yang diapit oleh garis CANCER dan garis CAPRICORN (antara 23,27 o LU – 23,27 o LS) disebut daerah tropis, karena di sanalah sepanjang waktu matahari bersinar pada siang hari, di daerah ini hanya dikenal 2 musim yaitu musim panas dan penghujan. Sementara daerah antara 23,27o LU dan 66,33oLU serta antara 23,27oLS dan 66,33oLS disebut daerah sub-tropis, di daerah ini dapat terjadi 4 musim yaitu musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi. Sementara di daerah dekat Kutub utara dan selatan (90oLU dan 90oLS) dapat terjadi masa dimana dalam satu hari tidak muncul matahari, atau sebaliknya dalam satu hari matahari selalu bersinar (dikenal dengan istilah matahari tengah malam)
Garis Bujur
Garis Lintang menandakan perbedaan zona iklim di bumi. Daerah diantara garis Khatulistiwa yang diapit oleh garis CANCER dan garis CAPRICORN (antara 23,27 o LU – 23,27 o LS) disebut daerah tropis, karena di sanalah sepanjang waktu matahari bersinar pada siang hari, di daerah ini hanya dikenal 2 musim yaitu musim panas dan penghujan. Sementara daerah antara 23,27o LU dan 66,33oLU serta antara 23,27oLS dan 66,33oLS disebut daerah sub-tropis, di daerah ini dapat terjadi 4 musim yaitu musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi. Sementara di daerah dekat Kutub utara dan selatan (90oLU dan 90oLS) dapat terjadi masa dimana dalam satu hari tidak muncul matahari, atau sebaliknya dalam satu hari matahari selalu bersinar (dikenal dengan istilah matahari tengah malam)
Garis Bujur
Garis Bujur adalah garis yang membujur, membagi bola bumi menjadi
dua, yaitu bagian barat dan timur. Garis tersebut menghubungkan ke dua kutub
dan melewati kota Greenwich, Inggris. Pengukurannya dalam derajat, menit dan
detik. Misalnya 5o 10’ 30” B.
Sedangkan menurut para Ilmuwan pengertian Garis Bujur adalah garis
maya yang ditarik dari kutub utara hingga ke kutub selatan atau sebaliknya.
Dengan pengetahuan seperti itu berarti derajat antar garis bujur semakin
melebar di daerah khatulistiwa dan makin menyempit di daerah kutub. Jika pada
Garis Lintang, daerah yang dilalui garis khatulistiwa (equator) dianggap
sebagai nol derajat, untuk Garis Bujur, tempat yang dianggap sebagai nol
derajat adalah garis dari kutub utara ke kutub selatan yang tepat melintasi
kota Greenwich di Inggris. Jadi, garis bujur yang berada di sebelah barat
Greenwich disebut Bujur Barat dan garis yang berada disebelah timur disebut
Bujur Timur. Jarak kedua garis bujur itu dari Greenwich hingga pada batas 180º
(seratus delapan puluh derajat). Pada jarak itu, Bujur Barat dan Bujur Timur
kembali bertemu.
Garis bujur inilah yang pada perkembangannya dijadikan sebagai
patokan dalam menentukan waktu di berbagai belahan dunia. Sehingga sering kali
pada setiap kapal terdapat dua jam yang digunakan. Jam yang menunjukkan waktu
berdasarkan waktu di kota Greenwich dan jam yang menunjukkan waktu lokal atau
berdasarkan matahari. Selisih dari dua jam yang berbeda itulah para pelaut
secara praktis dapat menentukan derajat garis bujur dimana mereka berada. Sama
seperti garis lintang, jarak antar garis bujur juga disebutkan dalam satuan
derajat. Penulisannya pada koordinat juga sama seperti penulisan untuk Garis
Lintang. Yang membedakan hanyalah symbol huruf di belakangnya. Misalnya huruf B
untuk Bujur Barat dan huruf T untuk Bujur Timur. Pada peta internasional, huruf
E (East) untuk Bujur Timur dan huruf W (West) untuk Bujur Barat.
·
Titik di barat bujur 0°
dinamakan Bujur Barat sedangkan titik di timur 0° dinamakan Bujur Timur.
Kombinasi garis lintang dan garis bujur ini berguna untuk menentukan suatu
lokasi di permukaan bumi. Garis Lintang menandakan sumbu x dan garus
bujur menandakan sumbu y dalam sistem koordinat cartesian. Sebagi contoh
kota Sabang di pulau We berada pada koordinat 6oLU 95o
BT, dan kota Merauke di Papua memiliki koordinat 11oLS dan 141oBT.
· Koordinat adalah titik
pertemuan (titik potong) antara Garis Lintang dan Bujur. Jika suatu tempat
sudah bisa disebutkan Garis Lintang dan Bujur-nya maka dapat segera dicari
posisinya pada peta yang sudah dilengkapi dengan kedua garis tersebut. Kita
hanya tinggal melihat angka derajatnya yang tertulis pada sisi gambar peta.
Titik pertemuan kedua garis itu dianggap telah menyebutkan posisi suatu tempat
pada peta.
·
Bujur kadangkala dinotasikan oleh
abjad Yunani λ,
menggambarkan lokasi sebuah tempat di timur
atau barat
Bumi
dari sebuah garis utara-selatan yang disebut Meridian
Utama. Longitude diberikan berdasarkan
pengukuran sudut yang
berkisar dari 0° di Meridian Utama ke +180° arah timur dan −180° arah barat.
Tidak seperti lintang yang memiliki ekuator sebagai posisi
awal alami, tidak ada posisi awal alami untuk bujur. Oleh karena itu, sebuah
dasar meridian harus
dipilih. mengadopsi meridian Greenwich sebagai Meridian utama universal
atau titik nol bujur.
·
Ternyata pengetahuan
tentang Garis Lintang dan Bujur ini sudah cukup lama didapat orang. Kabarnya
Eratosthenes, seorang ahli matematika dan juga seorang ahli geografi dari
Yunani sudah pernah membicarakan tentang Garis Lintang dan Bujur ini pada abad
ketiga sebelum masehi. Dan pada abad kedua setelah masehi, Hipparchus adalah
orang yang dianggap pertama kali menggunakan kedua garis ini untuk menentukan
posisi suatu tempat. Di kemudian hari pengetahuan dan penggunaan Garis Lintang
dan Bujur makin disempurnakan oleh para ahli setelah mereka berdua.
tidak ada daftar pustaka
BalasHapus